Tuesday, 15 November 2016

Review "LUKE CAGE" Season 1

Image result for review luke cage
Kesan pertama yang saya rasakan saat nonton adalah, “this show is so blaaaaack.”
Daredevil dengan dark tone, Jessica Jones dengan noir tone, Luke Cage dibuat sedikit berbeda dengan light and fun tone yang dipermanis dengan musik hip-hop dan beberapa elemen kelam nan dramatis serta mengangkat isu-isu yang begitu serius.

Pengembangan karakternya cukup bagus, dengan adegan flashback untuk memperjelas cerita dan karakter itu sendiri. Dialognya tidak cheesy; biasa namun berkelas, saya suka. Setiap karakter digambarkan dengan begitu baik, ditambah penampilan aktornya yang solid. Ceritanya bagus, tidak membingungkan, serta ada beberapa twist.

Dibanding di Daredevil dan Jessica Jones, peran Claire lebih besar di sini. Kita juga diperlihatkan aksi Claire selain hanya mengobati orang. Sayangnya, Claire dan Luke berpisah tanpa menikmati “ngopi bareng.” Jika Avengers disatukan oleh Nick Fury, sepertinya Defenders akan disatukan oleh Claire, mengingat Claire juga akan muncul di Iron Fist.

Oh, selain Claire, ada pula karakter lain dari serial sebelumnya, Turk dan Ridley serta Trish lewat siaran radio. Beberapa easter eggs dari komik serta cameo dari beberapa musisi dan sang legenda Stan “The Man” Lee.

Cukup banyak karakter antagonis di sini, dengan 2 big bad; Cottonmouth dan Diamondback. Sayangnya mereka berdua kurang killer, kurang meneror, belum bisa disejajarkan dengan Kingpin & Kilgrave. Tapi Saya suka cara mereka menggambarkan karakter Shades yang licik dan Ma-Ra-Yah yang manipulatif. Kita jengkel melihat mereka, kita pengen mereka disiksa, tapi tak tega jika dibunuh, at least for me or just me?

Saya juga tidak suka cara Netflix mereferensikan film Marvel dengan cuma menyebutkan “insiden” dan bahasa kiasan yang dimaksudkan untuk anggota Avengers. Apa susahnya sih menyebut langsung namanya tanpa perlu kiasan. AoS bahkan lebih baik dari itu. Yah, itu mungkin karena AoS adalah serial sentral Marvel yang jadi penghubung langsung ke film.

Ending fight-nya kurang epic, menjengkelkan cenderung konyol. Paling tidak suka jika pertarungan akhir antara hero dan villain dijadikan tontonan warga, belum lagi pakai cerita telenovela, helloww.

Karakter terbaik: Ma-Ra-Yah; saya suka cara dia memanipulasi suatu kejadian.

Karakter terburuk: Misty; saya benci semua adegan dia, membosankan. Kecuali yang “ngopi bareng” dengan Luke.

Karakter favorit: Shades; gaya dan tindakannya jauh lebih licik, lebih keren, lebih-lebih-lebih dari yang dilakukan Diamondback dan Cottonmouth. I love him.

Tentang Penulis

Dunia MCU

Author & Editor

Kami para penikmat film superhero DC dan Marvel tpi prefer ke Marvel yang niatny cuma ingin sharing ke teman-teman pecinta film Marvel.

Post a Comment

 
Dunia MCU © 2015 - Designed by Templateism.com