Kesan pertama yang saya rasakan saat nonton adalah, “this show is so blaaaaack.”
Daredevil dengan dark tone, Jessica Jones dengan noir tone, Luke Cage
dibuat sedikit berbeda dengan light and fun tone yang dipermanis dengan
musik hip-hop dan beberapa elemen kelam nan dramatis serta mengangkat
isu-isu yang begitu serius.
Pengembangan karakternya cukup bagus, dengan adegan flashback untuk memperjelas cerita dan karakter itu sendiri. Dialognya tidak cheesy; biasa namun berkelas, saya suka. Setiap
karakter digambarkan dengan begitu baik, ditambah penampilan aktornya
yang solid. Ceritanya bagus, tidak membingungkan, serta ada beberapa
twist.
Dibanding di Daredevil dan Jessica Jones, peran Claire
lebih besar di sini. Kita juga diperlihatkan aksi Claire selain hanya
mengobati orang. Sayangnya, Claire dan Luke berpisah tanpa menikmati
“ngopi bareng.” Jika Avengers disatukan oleh Nick Fury, sepertinya
Defenders akan disatukan oleh Claire, mengingat Claire juga akan muncul
di Iron Fist.
Oh, selain Claire, ada pula karakter lain dari
serial sebelumnya, Turk dan Ridley serta Trish lewat siaran radio.
Beberapa easter eggs dari komik serta cameo dari beberapa musisi dan
sang legenda Stan “The Man” Lee.
Cukup banyak karakter antagonis
di sini, dengan 2 big bad; Cottonmouth dan Diamondback. Sayangnya mereka
berdua kurang killer, kurang meneror, belum bisa disejajarkan dengan
Kingpin & Kilgrave. Tapi Saya suka cara mereka menggambarkan
karakter Shades yang licik dan Ma-Ra-Yah yang manipulatif. Kita jengkel
melihat mereka, kita pengen mereka disiksa, tapi tak tega jika dibunuh,
at least for me or just me?
Saya juga tidak suka cara Netflix
mereferensikan film Marvel dengan cuma menyebutkan “insiden” dan bahasa
kiasan yang dimaksudkan untuk anggota Avengers. Apa susahnya sih
menyebut langsung namanya tanpa perlu kiasan. AoS bahkan lebih baik dari
itu. Yah, itu mungkin karena AoS adalah serial sentral Marvel yang jadi
penghubung langsung ke film.
Ending fight-nya kurang epic,
menjengkelkan cenderung konyol. Paling tidak suka jika pertarungan akhir
antara hero dan villain dijadikan tontonan warga, belum lagi pakai
cerita telenovela, helloww.
Karakter terbaik: Ma-Ra-Yah; saya suka cara dia memanipulasi suatu kejadian.
Karakter terburuk: Misty; saya benci semua adegan dia, membosankan. Kecuali yang “ngopi bareng” dengan Luke.
Karakter favorit: Shades; gaya dan tindakannya jauh lebih licik, lebih
keren, lebih-lebih-lebih dari yang dilakukan Diamondback dan
Cottonmouth. I love him.
Post a Comment